Rabu, 06 Mei 2015

Tugas 2 Psikoterapi – Softskill


Terapi Keluarga
A.     Pengertian Terapi Keluarga
          Terapi keluarga adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan (Kartono dan Gulo, dalam Kamus Psikologi).
          Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual punya konsekuensi dan konteks sosial.
          Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui masalah seseorang, memahami perilaku, perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga merupakan suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia khususnya keluarga.
          Family therapy merupakan terminologi yang mengacu pada metode yang dilakukan pada keluarga dengan berbagai kesulitan biopsikososial. Dasar utama family therapy adalah bahwa masalah yang dihadapi individu secara esensial bersifat interpersonal, bukan intrapersonal, sehingga resolusinya menghendaki intervensi yang diarahkan pada hubungan antar individu.
          Terapi keluarga pada dasarnya adalah sebuah cara unik untuk melihat patologi dalam sistem keluarga. Terapi keluarga berfokus pada cara suatu sistem keluarga yang mengorganisasi patologis terstruktur yang dipandang sesuatu yang salah.
          Pendekatan terapi keluarga dari Virginia M. Satir menekankan hubungan perkawinan sebagai poros pembentukkan semua hubungan keluarga lainnya. pasien tertentu, misalnya, seorang anak atau remaja yang bermasalah adalah anggota keluarga yang paling terpengaruh oleh hubungan perkawinan yang sakit. Perilaku si anak yang bermasalah itu akan mengganggu hubungan orang tua dan sebaliknya. Pola komunikasi yang terganggu dari sebuah keluarga mengungkapkan sifat dari masalah yang mendasarinya.

B. Cara Melakukan Terapi Keluarga
          Proses terapi keluarga meliputi tiga fase yaitu, fase 1 perjanjian, fase 2 kerja, dan fase 3 terminasi.
1.      Fase 1 (Perjanjian)
Di fase pertama terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data, selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifiksai oleh keluarga, di fase ini juga terapis dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, tujuan terapi ditetapkan bersama, terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama, terapis mensistensis semua informasi dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah.
2.    Fase 2 (Kerja)
Fase kedua,  keluarga dengan dibantu terapis berusaha mengubah pola interaksi diantara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga. Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga, kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil. Biasanya setiap sesi dilakukan satu kali seminggu dengan waktu lebih kurang satu jam.
3.    Fase 3 (Terminasi)
Pada fase ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegosiasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga. Keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi dan cara cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

C. Manfaat Terapi Keluarga
1.    Bagi Klien
·         Mempercepat proses penyembuhan
·         Memperbaiki hubungan interpersonal
·         Menurunkan angka kekambuhan
2.    Bagi Keluarga
·         Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga
·     Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima, toleran dan menghargai klien sebagai manusia
·   Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam proses rehabilitasi

D. Kasus-kasus yang Diselesaikan Dalam Terapi Keluarga
          Kasus-kasus yang dapat diselesaikan dalam terapi keluarga antara lain masalah ketidakharmonisan perkawinan pada pasangan suami dan istri, masalah orang tua dan anak, masalah antar saudara kandung, pola komunikasi yang terganggu dari suatu keluarga, kenakalan remaja yang terjadi pada anak, konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan, pengasuhan yang tidak baik dari orang tua.

E. Contoh Kasus yang Menggambarkan Terapi Keluarga
     Daphne merupakan seorang perempuan yang memiliki tinggi badan 5 kaki 11 inci dan beratnya 102 pound. Dia telah merasa "besar" karena ketinggian di atas teman sekolahnya di kelas lima. Dia telah menjalani diet sejak itu. Selama tahun pertamanya di sekolah, Daphne memutuskan bahwa ia harus mengambil langkah-langkah drastis untuk menurunkan berat badan lebih. Dia mulai dengan mengurangi asupan kalori sekitar 1.000 kalori per hari. Dia kehilangan beberapa kilo, tapi ia tidak puas, jadi dia mengurangi asupan hingga 500 kalori per hari. Dia juga memulai program olahraga berat. Setiap hari, Daphne tidak akan membiarkan dirinya makan sampai ia berjalan setidaknya 10 mil. Lalu ia hanya mengkonsumsi beberapa jenis sayuran dan segenggam sereal. Kemudian di hari itu, dia mungkin mengkonsumsi sayuran dan buah lebih banyak, tapi dia akan menunggu sampai ia begitu lapar sampai pingsan. Berat badan Daphne turun sampai 110 kilogram dan ia berhenti menstruasi. Ibunya mengungkapkan beberapa kekhawatiran tentang betapa Daphne hanya makan sedkit sekali, tapi karena ibunya cenderung kelebihan berat badan, ia tidak menyurutkan niat Daphne untuk diet.
     Ketika tiba saatnya masuk perguruan tinggi, Daphne adalah senang tapi juga takut, karena dia selalu menjadi bintang pelajar di sekolah tinggi dan tidak yakin dia bisa mempertahankankannya. Ketika di perguruan tinggi pada periode pemeriksaan pertama di perguruan tinggi, Daphne banyak mendapat nilai B. Dia merasa sangat rentan, merasa gagal, dan seolah-olah dia kehilangan kontrol. Dia juga tidak senang dengan kehidupan sosialnya pada pertengahan semester pertama. Daphne memutuskan bahwa banyak hal yang mungkin akan lebih baik jika ia kehilangan berat badan lebih, sehingga ia mengurangi asupan makanan dengan dua apel dan segenggam sereal setiap hari. Dia juga berlari setidaknya 15 mil setiap hari. Pada akhir semester musim gugur, berat badannya turun menjadi 102 pound. Dia juga mengalami kelelahan kronis, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang pingsan. Namun, ketika Daphne melihat ke cermin, ia melihat seorang wanita, muda sederhana yang ingin menurunkan berat badan lebih.


DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U. H. (2012). Model terapi dalam keluarga. Magistra. No 80
Clinebell. H. (2002). Tipe-tipe dasar pendamping dan konseling pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
Fawziah, A. (2012). Family Therapy (Terapi Keluarga). Diakses tanggal 06 Mei 2015 dari https://www.scribd.com/doc/111760136/Family-Therapy-Terapi-Keluarga
Sawitri, D. R. (2009). Posmodernisme dan family therapy berbasis belief system dan narrativesJurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol.5. No.01.
Somaryati. & Astutik, S. (2013). Family therapy dalam menangani pola asuh orang tua yang salah pada anak slow learner. Jurnal bimbingan dan konseling islam.Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Vol.03. No.01.
Wijayanti, D.Y. (2010). Terapi keluarga. Diakses pada tanggal 07 mei 2015 dari http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ethprMPTlpcJ:https://macind.files.wordpress.com/2010/12/terapikeluarga.pptx+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id