Tugas Pertemuan 1
KESEHATAN MENTAL
A. Orientasi Kesehatan Mental
Saparinah Sadli, mengemukakan tiga orientasi dalam
kesehatan jiwa, yaitu:
1. Orientasi Klasik
2. Orientasi
Penyesuaian Diri
Orang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan
sekitarnya. Dengan menggunakan orientasi penyesuaian
diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan
tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan
terutama norma social dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau
tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu
digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan
sesuatu yang absolut.
3. Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang
dikatakan mencapai tarap kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan dirinya sendiri.
B.
Konsep Sehat
konsep sehat didefenisikan sebagai suatu
keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala
faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Konsep sehat dan kesehatan
merupakan dua hal yang hampir sama tapi berbeda.Konsep sehat menurut Parkins
(1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi
tubuh dan berbagai faktoryang berusaha mempengaruhinya.
menurut
White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan
sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
Sehat
dapat dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ),
intelektual (IQ)l, spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah
bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamannya:
- Fisik
Dikatakan
sehat bils asecara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah
sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
- Emosi
Orang
yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya
mengontrol dan mengeskpresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak
berlebihan. Mampu mendisiplinkan diri.
- Intelektual
Dikatakan
sehat secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam
kategori yang baik mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam
memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
- Spiritual
Sementara
orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi
ketenangan jiwa dengan id mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya
jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran
sehingga bisa berfikir rasional.
- Sosial
Sehat
secara social dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan
baik dengan sekitarnya, serta mampu untuk bekerja sama.
C. Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah
kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran ini terutama karna
masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati
dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hidup bersama sehingga
tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan
lagi sebagai gangguan. Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W.
Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui
"pribadi" pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika.
Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit
mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas
melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan
mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II .Sejak awal perang dunia ke II
kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang - orang .Dalam
bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah
terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya
mengatasinya sejalan dengan peradaban. Namun seiring jaman yang semakin maju
dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke
dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang
terganggu mentalnya.
- Zaman Prasejarah
Pada
zamannya, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun
fisik seperti infeksi arthritis, penyakit pernapasan dan usus. Tetapi penyakit
mental pada saat itu benar benar ditangani cara pandang mereka adalah
merawatnya sama seperti penyakit fisik, karena berfikir bahwa mental dan
fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau
mantera-mantera musuh. Jadi tindakan perawatan yang diberikan untuk penyakit
bauk mental maupun fisik adalah seperti menggosok, menjilat, menghisap,
memotong dan membalut. Atau dengan cara lain yang terpikirkan oleh
kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri seperti menggunakan
salep, mantera, obat keras dan sihir.Tetapi masih diperlakukan secara
manusiawi.
- Peradaban Awal
Di
Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan roh atau setan dan perawatannya
dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh
si pasien. Sedangkan di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan
rasional. Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan sebagai
suatu hukuman dari Tuhan dan hanya diobati dengan bertaubat. Tapi perhatian
orang Yahudi juga memperhatikannya dari segi kemanusiaan dan ilmu kedokteran,
bahkan pada tahun 490 M didirikan rumah sakit di Yerusalem untuk para
pasien penyakit mental.Tapi sampai sejaarah modern belakangan ini, sumbangan
sumbangan yang besar terhadap kesehatan fisik dan mental manusia datang dari
orang Yunani. Beberapa pandangan dalam pemikiran Yunani yang sangat penting
yaitu dengan dilakukannya penelitian dan terminologi psikiatri modern.
- Abad Pertengahan
Pada
abad pertengahan, gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit. Banyak
kebiasaan yang telah dilakukan dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak
dilanjutkan,dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan
malah dihidupkan kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan orang
yang mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra dan
jimat-jimat.pada tahun 1600an (dan sebelumnya) : Orang yang sakit
secara mental dahulu kala dianggap sebagai “orang yang kesurupan” yang
mengalami gangguan mental dimasuki oleh roh-roh. Maka dari itu
penyembuhannyapun juga melalui healer, shaman atau penyembuh yang lebih dikenal
dengan istilah dukun.
- Zaman Renaisans
Zaman
ini tepatnya digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”. Di Switzerland,
mengakui penyebab rasional penyakit mental dan menolak adanya kaitan dengan
demonology. Di Prancis, lebih menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa
para pasien sakit mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan
penyakit fisik.Tahun 1724 : Pendeta Cotton Mather menjelaskan masalah
kejiwaan yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh sekaligus
mematahkan takhayul yang berkembang selama ini.
- Abad XVII - Abad
XX
Disini
dipusatkan pada klasifikasi dan system, suatu hal yang mungkin sama dengan
analisis system. Tahun 1812 : Benjamin Rush menjadi orang pertama
yang mencoba menangani penyakit mental secara manusiawi. Llu itu di Inggris,
muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori
dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam
prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat launpun muncul masa
terapi pesimisme.Tahun 1908 : Clifford Beers yang pernah menjadi
pasien rumah sakit jiwa dengan penanganan yang benar maupun yang salah mengeluarkan
buiku “A Mind That Found Itself”. Buku tersebut langsung memberikan efek yaitu
menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers lalu mendirikan
Masyarakat Connecticut yang merupakan akar dari Asosiasi Kesehatan Mental
Nasional. Dan pada tahun 1950 diteruskan untuk melanjutkan mendidik
publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran akan
kesehatan mental.
ORIENTASI KEPRIBADIAN SEHAT
A.
Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisa
adalah cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya ,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa :
Kepribadian Sehat Psikoanalisa :
- Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas
sebagai kompensasi untuk masa anak
- Individu bersifat egois , tidak bermoral dan
tidak mau tahu kenyataan
- Manusia sebagai ho,o valens dengan berbagai
dorongan dan keinginan
- motif-morif dan konflik tak sadar adalah
sentral dalam tingkah laku sekarang
- Manusia di dorong oleh dorongan seksual
agresif
Dalam
teori psikoanalisa nya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu,
struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni:
- Id
Id
berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan
reservoir energi psikis. ID berhubungan erat dengan proses - proses
jasmaniah darimana id mendapatkan energinya. id memiliki 2 proses yaitu proses
primer dan tindakan refleksi. id terdiri dari dorongan - dorangan biologis
seperti makan, sex dan agresifitas.
- Ego
Ego timbul
karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai
dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id
hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal
-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.
Ego disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol
pintu-pintu arah tindakan, memilih segi lingkungan kemana ia akan membri respon
dan memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.
- Superego
Superego adalah
perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat.
Superego juga mencerminkan yang ideal, bukan yang real, memperjuangkan
kesempurnaan dan bukan kenikmatan. superego disebut juga sebagai wasit tingkah
laku.
Sumbangan
terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak
sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama
yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud,
kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar
dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar
dan alam bawah sadar.
- Alam Tidak Sadar
Alam
tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting yang
tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan
kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita
tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya
seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi
tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja
bersifat tidak rasional. Dorongan tidak sadar ini muncul di alam bawah sadar
setelah menjalani transformasi tertentu. Contohnya, seseorang dapat
mengekspresikan dorongan erotis atau keinginan untuk melukai orang lain dengan
cara menggoga atau mengolok-olok orang lain.
- Alam Bawah Sadar
Alam
bawah sadar ini memuat semua elemen yang
tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud,
1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama
adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang
secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar
selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Sumber kedua dari
gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar. Sedangkan sejumlah
gambaran lain dari alam tidak sadar bisa masuk ke alam sadar karena bersembunyi
dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan
diri yang kuat
- Alam Sadar
Alam
sadar, yang memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis,
didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam
kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung
kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke
alam sadar yaitu sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu
terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita
tentang stimulus dari luar. Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini datang dari
dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang
dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi
terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
B.
Aliran Humanistik
Aliran ini berkembang pada tahun 1950.
Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori maupun dengan aliran
psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi
yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk
kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri
bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman
yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu
pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang
bersifat pasif. Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan
respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan
keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati
nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi
kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan
nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik,
manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa
lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus
berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial
menghambat.
C.
Pendapat Fromm
Menurut
Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat
tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan
untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari
proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang
berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat
manusiawi. Kepribadian sehat menurut Eric from adalah penyesuaian diri
seseorang dalam masyarakat merupakan kompromi antara kebutuhan-kebutuahn batin
dan tuntutan dari luar dan seseorang menerapkan kerakter sosial untuk memenuhi
harapan masyarakat kepribadian sehat juga adanya keinginan untuk mencintai dan
di cinta
Menurut Fromm, ada lima watak social di
dalam masyarakat :
- Penerimaan
- Penimbunan
- Penjualan/pemasaran
- Penghisapan/pemerasan
- Produktif.
Ciri-ciri kepribadian sehat menurut
fromm :
- Cinta yang
Produktif
Cinta
yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab,
respek dan pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam
pengertian memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan
mereka, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka.
- Pikiran yang
Produktif
Pikiran
yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir
produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir
yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa
semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir
didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh
masalah.
- Kebahagiaan
Kebahagiaan
merupakan prestasi kita yang paling hebat.
- Suara Hati
Fromm
membedakan dua tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
KONSEP
PENYESUAIAN DIRI
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan
jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas,
yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian
sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan
mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala
macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu
memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa
penyesuaian yang sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna
terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antaradirinya
dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan
di mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Dalam proses
penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu
didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari
ketegangan.
Menurut Schneider (dalam
Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan
kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang
tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat
didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu
sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para
ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan
hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga
mempengaruhi kedua faktor lain.
pada
dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi
dan penyesuaian social.
- Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian
diri adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan
yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekuranganya dan mampu
bertindak objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya. Keberhasilan
penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci tidak adanya
keinginan untuk lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi pada
dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh kegoncangan
dan emosi, kecemasan, ketidak puasan, dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan
tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
- Penyesuaian Sosial
Penyesuaian
sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri
terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada
khususnya. Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling
mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus yang silih berganti.
Dari proses tersebut, timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai
dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkungan hubungan social ditempat individu
itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut
mencakup hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat sekolah, teman sebaya, atau
anggota masyarakat luas secara umum.
Referensi :
- Basuki,Heru.
2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
- Schultz. Psikologi
pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius
- Puspitawati, I. Dwi Riyanti,
Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta.
Gunadarma.
- www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-penyesuaian-diri.html
- http://21juli1991.blogspot.com/2013/03/tugas-kesehatan-mental-1.html
- http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4018.2.pdf