Psikoterapi
– softskill tugas 1
1.
Ulasan mengenai pendekatan-pendekatan di dalam psikoterapi
a. Pendekatan Psikoanalisa di dalam Psikoterapi
Munculnya Psikoanalisa sebagai teknik
psikoterapi diakui sebagai penemuan luar biasa, dan karena itu dianggap sebagai
revolusi dalam dunia psikoterapi. Psikoanalisa adalah sistem dalam psikologi
yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori
psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisa memandang
kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan
konflik. Konflik timbul karena adanya dorongan-dorongan yang saling
bertentangan, sebagai manifestasidari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk
sosial disamping biologis. Arlow, 1980 (dalam corsini, 1989) mengatakan bahwa
psikoanalisa adalah sistem dalam psikologi yang lengkap dan luas. Meliputi
pengalaman-pengalaman dunia dalam dan dunia luar, dasar biologis dan peranan
sosial seseorang yang kesemuanya berfungsi dalam kehidupan pribadi maupun
kelompok.
Psikoanalisa sebagai teori dari
psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi
yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan
yang mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil.
Semula dipergunakan teknik hipnosis, Freud kemudian mempergunakan asosiasi
bebas. Dengan asosiasi bebas, pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang
ingin dikemukakan termasuk yang tadinya ditekan dibawah-sadarnya, tanpa
dihambat atau dikritik. Namun timbul masalah lain karena dalam kenyataannya
tidak semudah yang disangka, sehubungan dengan adanya rasa bersalah dan
mekanisme pertahanan diri yang tentunya bisa menghambat pelaksanaan asosiasi
bebas. Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta
pasien berbaring di dipan khusus dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi
posisi pasien menghadap ke arah lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya.
Pasien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan
bebas, tanpa merasa terhambat.
Perhatian lebih banyak tertuju pada
kecemasan (anxiety) dan mekanisme
pertahanan diri (defense mechanism),
daripada terhadap konflik-konflik yang terletak dibawah sadar. Demikian pula
perhatian terhadap sesuatu yang ditekan berubah manjadi alat yang menekannya,
yakni superego, jadi lebih dari bagaimana dan mengapanya sesuatu dorongan atau
perasaan menjadi tidak disadari. “Id
psychology” yang telah menjadi pusat perhatian dan pembahasan serta objek
untuk diterapi, kemudian berubah menjadi “ego
psychologi”. Dari keadaan inilah kemudian muncul istilah psikodinamik dan
psikoanalisis-psikoterapi.
b.
Pendekatan Psikologi Belajar di dalam Psikoterapi
Teori dan pendekatan behavioristik sering disebut sebagai
modifikasi perilaku (behavior
modification) dan terapi perilaku (behavior
therapy). Perhatian kita akan berfokus pada dua konsep penting, yaitu
pengondisian klasik dari Ivan Petrovich Pavlov (1847-1936) dan pengondisian operan
dari Burrhus Frederick Skinner (1904-1990). Pemikiran kedua tokoh ini akan
membantu memahami proses induksi (proses mengantar klien sampai pada tidur
hipnotik) dan sugesti post hipnotik (sugesti yang diberikan selama trans).
Pengondisian Klasik
Prinsip-prinsip pengondisian klasik sering kali didasarkan
pada penelitian Pavlov tentang refleks di akhir tahun 1800an. Pavlov membagi
refleks menjadi dua, yaitu refleks bawaan dan refleks terkondisikan. Reflek
bawaan adalah respon yang diberikan tanpa melalui proses belajar, seperti
terkejut ketika terkena sengatan listrik; sementara refleks terkondisikan
adalah respon yang muncul sebagai hasil belajar.
Berdasarkan penelitiannya itu, Pavlov merasa bisa menjelaskan
sugesti, otosugesti, dan daya sugestif (suggestibillity)
dalam hipnosis. Setiap kata yang disugestikan kepada klien adalah stimulus.
Dengan memberikan stimulus itu berulang kali, maka reflek terkondisikan akan
muncul. Dalam hidup kita sudah begitu banyak stimulus berupa kata-kata yang
ditanamkan dalam pikiran. Oleh sebab itu, ketika mendengar kata “sakit”,
seseorang bisa menghubungkannya dengan rasa sakit yang nyata. Dengan demikian,
stimulus verbal berkorelasi dengan reaksi yang dikondisikan. Kata bisa
menimbulkan respon otomatis pada tubuh kita. Itulah sebabnya bila klien
mendengarkan kata “ngantuk”, ia akan merasa mengantuk. Dengan terus menerus
mengulang kata yang sama, kita menanamkan kata itu dalam pikirannya. Inilah
yang dinamakan refleks terkondisikan dalam proses hipnotik.
Pengondisian Operan
Skinner mengemukakan pemikirannya tentang pengondisian
operan. Menurutnya, proses belajar bisa dicapai lewat penguatan (reinforcement). Dalam konteks
hipnoterapi, penguatan yang baik akan menimbulkan respon positif yang nantinya
akan bermanfaat dalam mengubah perilaku. Contoh penguatan verbal yang sering
ditemui adalah ucapan “bagus” ketika klien mengikuti sugesti. Selain pujian
verbal, penguatan dapat juga ditunjukkan lewat penataan ruang. Kesan yang
nyaman di awal sesi punya pengaruh yang besar bagi keberhasilan di sesi-sesi
berikutnya. Ada ungkapan jerman yang berbunyi, “Aller Anfang ist schwer (semua permulaan itu)”. Ini juga berlaku
dalam hipnoterapi. Lingkungan yang tidak nyaman di sesi awal seperti suara
berisik, penataan ruangan yang kurang rapi, dan suhu yang terlalu panas bisa
melemahkan keterlibatan klien di sesi-sesi selanjutnya.
Sedangkan teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pendekatan
behavioral yaitu :
a) Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan
untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan
pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak
dihapuskan.
b) Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat
perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan dengan cara mempertahankan hak
dan harga dirinya. Latihan ini tepat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan
dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.
c) Terapi aversi, digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif, dengan
meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
d) Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien
yang sangat cemas. Caranya, misal klien ditutup matanya sambil membayangkan dan
mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misal berkata “saya jahat” pada
saat itu klien memberi tanda, kemudian terapi berteriak atau berkata keras dan
nyaring berkata “berhenti”jadi pikiran yang tadi digantikan dengan teriakan
terapi, berulang-ulang sampai dirinya sendiri yang bisa menghentikan.
e) Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada
anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri
sendiri, menentukan tindakandiri sendiri, dan menyusun dorongan diri sendiri.
f) Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan
rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu.
c.
Pendekatan Psikologi Humanistik di dalam Psikoterapi
Aspek praktis dari pemikiran humanistis ditemui dalam terapi
yang berpusat pada pribadi (person-centered
therapy) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Menurut rogers, diri yang ada
dalam setiap manusia dapat dilihat sebagai segitiga. Segi pertama adalah diri
yang sesungguhnya (real self), yaitu
aku seperti apa adanya; segi kedua adalah diri yang dipersepsikan (perceived self), yaitu aku seperti yang
diinterpretasikan atau dipersepsikan; dan segi ketiga adalah diri ideal (ideal self), yaitu diri yang aku
cita-citakan
Dalam hipnoterapi, ada kecenderungan bagi terapis untuk
menilai klien-kliennya sebelum mendengarkan mereka. Ini manusiawi, tapi tidak
tepat dalam konteks terapi. Perlu kerja ekstra untuk menetralkan diri terlebih
dahulu. Klien yang datang menemui terapis tidak meminta untuk dinilai. Mereka
hanya butuh iklim yang nyaman untuk bercerita tentang pengalaman mereka.
Psikologi humanistis mengajak kita untuk berfokus pada sisi
sehat kepribadian manusia dengan mengembangkan unconditional positive regard dan empati. Baik terapis maupun klien
perlu melihat tubuh dengan kacamata sehat. Penyakit yang dialami tubuh
menunjukkan ketidakseimbangan
d.
Pendekatan PsikologiKognitif di dalam Psikoterapi
Orientasi utama psikologi kognitif adalah bagaimana seseorang
berpikir dan merasa disaat ini. Perilaku adalah efek dari pikiran dan perasaan.
Untuk alasan itu, bisa dimengerti mengapa terapi-terapi kognitif menekankan
perlunya mengubah perilaku yang tidak sehat dengan mengubah cara klien dalam
berpikir dan merasa.
Salah satu tokoh penting yang banyak meneliti proses kognitif
adalah Aaron Beck. Menurut Beck, banyak gangguan psikologis disebabkan oleh
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif. Selanjutnya, pikiran dan
perasaan negatif berkembang menjadi kepercayaan negatif sehingga perlu ditata
ulang (direstrukturisasi) dan
ditransformasikan menjadi kepercayaan yang positif
2. Uraikanlah kasus apa saja yang bisa ditangani dengan pendekatan-pendekatan
dibawah ini :
- Psikodinamik
Klien yang sejak kecil melihat sang ayah memukuli ibunya
hanya karna masalah kecil menyimpan kemarahan dan dendam dalam hatinya terhadap
sang ayah, terlebih saat sang ayah juga ikut memukuli klien yang hendak menolong
ibunya. Namun klien berusaha memendam dan melupakan rasa sakit hati, amarah dan
kecewanya pada ayahnya, tetapi saat besar klien menjadi orang yang “keras” dan
egois. Saat datang ke tempat terapi, terapis mencoba menggali informasi dengan
menggunakan pendekatan psikodinamik yaitu asosiasi bebas. Klien dibiarkan untuk
memunculkan, menceritakan dan mengekspresikan perasaannya seperti menangis,
marah-marah dan membanting benda.
- Behavioristik
Kasusnya yaitu tentang klien yang mempunyai phobia ular.
Klien yang sedang melamun di kagetkan seekor ular yang dikalungkan ke leher
klien oleh temannya hingga membuatnya menjadi kaget dan menjadi phobia terhadap
ular. Karena hal itu klien selalu menghindar, lari bahkan sampai menangis jika
melihat ular
- Humanistik
Klien yang merupakan mahasiswa disalah satu universitas
negeri ingin mengikuti kegiatan pariwisata dari kampusnya, namun klien tidak
mempunyai uang untuk membayar iuaran tersebut. Klien merasa iri kepada
teman-temannya karena semua temannya ikut kegiatan pariwisata tersebut, karena
rasa iri itu akhirnya klien mengambil laptop temannya dan menjualnya lalu
uangnya untuk membayar iuran kegiatan pariwisata. Namun setelah itu ada pertentangan di dalam
dirinya yaitu jika dia tidak mencuri dia tidak akan bisa ikut kegiatan
pariwisata tapi setelah dia mencuri dia merasa bersalah kepada temannya. Karena
perasaan bersalah itu membuat klien sedikit sadar namun belum sepenuhnya sadar
bahwa yang telah dia lakukan adalah perilaku yang salah.
- Kognitif
Ada seorang mahasiswa yang berprestasi rendah di semester
awal. Ia merasa bodoh dan tidak sepintar teman-temannya sehingga ia merasa
rendah diri. Perasaan dan pikiran itu terus diperbesar dalam skema
kognitifnyasehingga membuat prestasinya semakin menurun. Dalam perspektif kognitif,
kepercayaan negatif ini perlu diperiksa untuk selanjutnya pelan-pelan digiring
kearah kepercayaan yang positif. Oleh sebab itu, seorang hipnoterapis perlu
melatih kepekaan diri dalam menangkap gejolak pikiran-pikiran negatif dalam
klien. Baru sesudah itu, sesi terapi dapat dirancang untuk memunculkan
perubahan perilaku.
3. Pandangan mengapa kasus-kasus diatas dianggap bisa
ditangani oleh pendekatan-pendekatan dibawah ini
a)
Psikodinamik
Dari contoh kasus diatas dapat ditangani dengan pendekatan
psikodinamik karena pendekatan psikodinamik menjelaskan bahwa jiwa manusia
memiliki dua wilayah utama yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Ketidaksadaran
berisi insting dan pengalaman traumatis yang di represi. Dengan asosiasi bebas
klien dapat mengeluarkan semua isi hatinya yang sudah lama ia simpan hingga
membuat perasaannya menjadi tenang dan lega.
b)
Behavioristik
Menurut saya bisa menggunakan pendekatan ini karena klien
diberikan sugesti mengenai hal yang di takuti nya. karena klien phobia terhadap
ular, terapis memberikan gambar ular yang diletakkan cukup jauh dari klien saat
klien mulai gelisah, terapis memberi sugesti agar klien tidak gelisah hingga
gambar semakin lama akan semakin dekat dan klien berani memegang gambar
tersebut. Setelah klien berani memegang gambar ular tersebut, terapis
memperlihatkan ular mainan dan terus memberi sugesti hingga akhirnya klien
berani memegang ular mainan tersebut.
c)
Humanistik
Menurut saya contoh kasus diatas dapat ditangani dengan
pendekatan humanistik, karena klien menjadi pusat dari terapi ini dimana
terapis lebih membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri. Menurut
pandangan ini semua orang memiliki pandangan yang positif mengenai dirinya
sendiri. Disini terapis hanya memberikan gambaran-gambaran tentang masalah yang
dihadapi oleh klien tetapi tidak secara langsung memberi perintah untuk menaati
apa yang dikatakan terapis, tetapi terapis berusaha agar klien menyadari
sendiri apa yang baik.
d)
Kognitif
Contoh di atas dapat ditangani dengan metode ini karena dalam
perspektif kognitif, kepercayaan negatif ini perlu diperiksa untuk selanjutnya
pelan-pelan digiring kearah kepercayaan yang positif. Oleh sebab itu, seorang
hipnoterapis perlu melatih kepekaan diri dalam menangkap gejolak
pikiran-pikiran negatif dalam klien. Baru sesudah itu, sesi terapi dapat
dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku.
Sumber :
Gunarsa, S.
(2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Kahija, YF La. (2007). Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar
Praktik Psikoterapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Qomariah, N. Handout Psikologi Konseling.