Minggu, 29 Maret 2015

Psikoterapi tugas 1 (softskill)

Psikoterapi – softskill tugas 1

1. Ulasan mengenai pendekatan-pendekatan di dalam psikoterapi

a.  Pendekatan Psikoanalisa di dalam Psikoterapi
          Munculnya Psikoanalisa sebagai teknik psikoterapi diakui sebagai penemuan luar biasa, dan karena itu dianggap sebagai revolusi dalam dunia psikoterapi. Psikoanalisa adalah sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan, sebagai manifestasidari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial disamping biologis. Arlow, 1980 (dalam corsini, 1989) mengatakan bahwa psikoanalisa adalah sistem dalam psikologi yang lengkap dan luas. Meliputi pengalaman-pengalaman dunia dalam dan dunia luar, dasar biologis dan peranan sosial seseorang yang kesemuanya berfungsi dalam kehidupan pribadi maupun kelompok.
          Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil. Semula dipergunakan teknik hipnosis, Freud kemudian mempergunakan asosiasi bebas. Dengan asosiasi bebas, pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang ingin dikemukakan termasuk yang tadinya ditekan dibawah-sadarnya, tanpa dihambat atau dikritik. Namun timbul masalah lain karena dalam kenyataannya tidak semudah yang disangka, sehubungan dengan adanya rasa bersalah dan mekanisme pertahanan diri yang tentunya bisa menghambat pelaksanaan asosiasi bebas. Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring di dipan khusus dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi posisi pasien menghadap ke arah lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya. Pasien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat.
          Perhatian lebih banyak tertuju pada kecemasan (anxiety) dan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), daripada terhadap konflik-konflik yang terletak dibawah sadar. Demikian pula perhatian terhadap sesuatu yang ditekan berubah manjadi alat yang menekannya, yakni superego, jadi lebih dari bagaimana dan mengapanya sesuatu dorongan atau perasaan menjadi tidak disadari. “Id psychology” yang telah menjadi pusat perhatian dan pembahasan serta objek untuk diterapi, kemudian berubah menjadi “ego psychologi”. Dari keadaan inilah kemudian muncul istilah psikodinamik dan psikoanalisis-psikoterapi.

b.  Pendekatan Psikologi Belajar di dalam Psikoterapi
Teori dan pendekatan behavioristik sering disebut sebagai modifikasi perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior therapy). Perhatian kita akan berfokus pada dua konsep penting, yaitu pengondisian klasik dari Ivan Petrovich Pavlov (1847-1936) dan pengondisian operan dari Burrhus Frederick Skinner (1904-1990). Pemikiran kedua tokoh ini akan membantu memahami proses induksi (proses mengantar klien sampai pada tidur hipnotik) dan sugesti post hipnotik (sugesti yang diberikan selama trans).

Pengondisian Klasik
Prinsip-prinsip pengondisian klasik sering kali didasarkan pada penelitian Pavlov tentang refleks di akhir tahun 1800an. Pavlov membagi refleks menjadi dua, yaitu refleks bawaan dan refleks terkondisikan. Reflek bawaan adalah respon yang diberikan tanpa melalui proses belajar, seperti terkejut ketika terkena sengatan listrik; sementara refleks terkondisikan adalah respon yang muncul sebagai hasil belajar.
Berdasarkan penelitiannya itu, Pavlov merasa bisa menjelaskan sugesti, otosugesti, dan daya sugestif (suggestibillity) dalam hipnosis. Setiap kata yang disugestikan kepada klien adalah stimulus. Dengan memberikan stimulus itu berulang kali, maka reflek terkondisikan akan muncul. Dalam hidup kita sudah begitu banyak stimulus berupa kata-kata yang ditanamkan dalam pikiran. Oleh sebab itu, ketika mendengar kata “sakit”, seseorang bisa menghubungkannya dengan rasa sakit yang nyata. Dengan demikian, stimulus verbal berkorelasi dengan reaksi yang dikondisikan. Kata bisa menimbulkan respon otomatis pada tubuh kita. Itulah sebabnya bila klien mendengarkan kata “ngantuk”, ia akan merasa mengantuk. Dengan terus menerus mengulang kata yang sama, kita menanamkan kata itu dalam pikirannya. Inilah yang dinamakan refleks terkondisikan dalam proses hipnotik.

Pengondisian Operan
Skinner mengemukakan pemikirannya tentang pengondisian operan. Menurutnya, proses belajar bisa dicapai lewat penguatan (reinforcement). Dalam konteks hipnoterapi, penguatan yang baik akan menimbulkan respon positif yang nantinya akan bermanfaat dalam mengubah perilaku. Contoh penguatan verbal yang sering ditemui adalah ucapan “bagus” ketika klien mengikuti sugesti. Selain pujian verbal, penguatan dapat juga ditunjukkan lewat penataan ruang. Kesan yang nyaman di awal sesi punya pengaruh yang besar bagi keberhasilan di sesi-sesi berikutnya. Ada ungkapan jerman yang berbunyi, “Aller Anfang ist schwer (semua permulaan itu)”. Ini juga berlaku dalam hipnoterapi. Lingkungan yang tidak nyaman di sesi awal seperti suara berisik, penataan ruangan yang kurang rapi, dan suhu yang terlalu panas bisa melemahkan keterlibatan klien di sesi-sesi selanjutnya.
Sedangkan teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pendekatan behavioral yaitu :
a) Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan.

b)  Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Latihan ini tepat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.

c)   Terapi aversi, digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

d)   Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misal klien ditutup matanya sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misal berkata “saya jahat” pada saat itu klien memberi tanda, kemudian terapi berteriak atau berkata keras dan nyaring berkata “berhenti”jadi pikiran yang tadi digantikan dengan teriakan terapi, berulang-ulang sampai dirinya sendiri yang bisa menghentikan.

e) Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakandiri sendiri, dan menyusun dorongan diri sendiri.

f)   Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu.

c.   Pendekatan Psikologi Humanistik di dalam Psikoterapi
Aspek praktis dari pemikiran humanistis ditemui dalam terapi yang berpusat pada pribadi (person-centered therapy) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Menurut rogers, diri yang ada dalam setiap manusia dapat dilihat sebagai segitiga. Segi pertama adalah diri yang sesungguhnya (real self), yaitu aku seperti apa adanya; segi kedua adalah diri yang dipersepsikan (perceived self), yaitu aku seperti yang diinterpretasikan atau dipersepsikan; dan segi ketiga adalah diri ideal (ideal self), yaitu diri yang aku cita-citakan
Dalam hipnoterapi, ada kecenderungan bagi terapis untuk menilai klien-kliennya sebelum mendengarkan mereka. Ini manusiawi, tapi tidak tepat dalam konteks terapi. Perlu kerja ekstra untuk menetralkan diri terlebih dahulu. Klien yang datang menemui terapis tidak meminta untuk dinilai. Mereka hanya butuh iklim yang nyaman untuk bercerita tentang pengalaman mereka.
Psikologi humanistis mengajak kita untuk berfokus pada sisi sehat kepribadian manusia dengan mengembangkan unconditional positive regard dan empati. Baik terapis maupun klien perlu melihat tubuh dengan kacamata sehat. Penyakit yang dialami tubuh menunjukkan ketidakseimbangan

d.  Pendekatan PsikologiKognitif di dalam Psikoterapi
Orientasi utama psikologi kognitif adalah bagaimana seseorang berpikir dan merasa disaat ini. Perilaku adalah efek dari pikiran dan perasaan. Untuk alasan itu, bisa dimengerti mengapa terapi-terapi kognitif menekankan perlunya mengubah perilaku yang tidak sehat dengan mengubah cara klien dalam berpikir dan merasa.
Salah satu tokoh penting yang banyak meneliti proses kognitif adalah Aaron Beck. Menurut Beck, banyak gangguan psikologis disebabkan oleh pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif. Selanjutnya, pikiran dan perasaan negatif berkembang menjadi kepercayaan negatif sehingga perlu ditata ulang (direstrukturisasi) dan ditransformasikan menjadi kepercayaan yang positif

2. Uraikanlah kasus apa saja yang bisa ditangani dengan pendekatan-pendekatan dibawah ini :

  1. Psikodinamik
Klien yang sejak kecil melihat sang ayah memukuli ibunya hanya karna masalah kecil menyimpan kemarahan dan dendam dalam hatinya terhadap sang ayah, terlebih saat sang ayah juga ikut memukuli klien yang hendak menolong ibunya. Namun klien berusaha memendam dan melupakan rasa sakit hati, amarah dan kecewanya pada ayahnya, tetapi saat besar klien menjadi orang yang “keras” dan egois. Saat datang ke tempat terapi, terapis mencoba menggali informasi dengan menggunakan pendekatan psikodinamik yaitu asosiasi bebas. Klien dibiarkan untuk memunculkan, menceritakan dan mengekspresikan perasaannya seperti menangis, marah-marah dan membanting benda.

  1. Behavioristik
Kasusnya yaitu tentang klien yang mempunyai phobia ular. Klien yang sedang melamun di kagetkan seekor ular yang dikalungkan ke leher klien oleh temannya hingga membuatnya menjadi kaget dan menjadi phobia terhadap ular. Karena hal itu klien selalu menghindar, lari bahkan sampai menangis jika melihat ular

  1. Humanistik
Klien yang merupakan mahasiswa disalah satu universitas negeri ingin mengikuti kegiatan pariwisata dari kampusnya, namun klien tidak mempunyai uang untuk membayar iuaran tersebut. Klien merasa iri kepada teman-temannya karena semua temannya ikut kegiatan pariwisata tersebut, karena rasa iri itu akhirnya klien mengambil laptop temannya dan menjualnya lalu uangnya untuk membayar iuran kegiatan pariwisata.  Namun setelah itu ada pertentangan di dalam dirinya yaitu jika dia tidak mencuri dia tidak akan bisa ikut kegiatan pariwisata tapi setelah dia mencuri dia merasa bersalah kepada temannya. Karena perasaan bersalah itu membuat klien sedikit sadar namun belum sepenuhnya sadar bahwa yang telah dia lakukan adalah perilaku yang salah.

  1. Kognitif
Ada seorang mahasiswa yang berprestasi rendah di semester awal. Ia merasa bodoh dan tidak sepintar teman-temannya sehingga ia merasa rendah diri. Perasaan dan pikiran itu terus diperbesar dalam skema kognitifnyasehingga membuat prestasinya semakin menurun. Dalam perspektif kognitif, kepercayaan negatif ini perlu diperiksa untuk selanjutnya pelan-pelan digiring kearah kepercayaan yang positif. Oleh sebab itu, seorang hipnoterapis perlu melatih kepekaan diri dalam menangkap gejolak pikiran-pikiran negatif dalam klien. Baru sesudah itu, sesi terapi dapat dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku.

3. Pandangan mengapa kasus-kasus diatas dianggap bisa ditangani oleh pendekatan-pendekatan dibawah ini

a)   Psikodinamik
Dari contoh kasus diatas dapat ditangani dengan pendekatan psikodinamik karena pendekatan psikodinamik menjelaskan bahwa jiwa manusia memiliki dua wilayah utama yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Ketidaksadaran berisi insting dan pengalaman traumatis yang di represi. Dengan asosiasi bebas klien dapat mengeluarkan semua isi hatinya yang sudah lama ia simpan hingga membuat perasaannya menjadi tenang dan lega.

b)  Behavioristik
Menurut saya bisa menggunakan pendekatan ini karena klien diberikan sugesti mengenai hal yang di takuti nya. karena klien phobia terhadap ular, terapis memberikan gambar ular yang diletakkan cukup jauh dari klien saat klien mulai gelisah, terapis memberi sugesti agar klien tidak gelisah hingga gambar semakin lama akan semakin dekat dan klien berani memegang gambar tersebut. Setelah klien berani memegang gambar ular tersebut, terapis memperlihatkan ular mainan dan terus memberi sugesti hingga akhirnya klien berani memegang ular mainan tersebut.

c)   Humanistik
Menurut saya contoh kasus diatas dapat ditangani dengan pendekatan humanistik, karena klien menjadi pusat dari terapi ini dimana terapis lebih membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri. Menurut pandangan ini semua orang memiliki pandangan yang positif mengenai dirinya sendiri. Disini terapis hanya memberikan gambaran-gambaran tentang masalah yang dihadapi oleh klien tetapi tidak secara langsung memberi perintah untuk menaati apa yang dikatakan terapis, tetapi terapis berusaha agar klien menyadari sendiri apa yang baik.

d)   Kognitif
Contoh di atas dapat ditangani dengan metode ini karena dalam perspektif kognitif, kepercayaan negatif ini perlu diperiksa untuk selanjutnya pelan-pelan digiring kearah kepercayaan yang positif. Oleh sebab itu, seorang hipnoterapis perlu melatih kepekaan diri dalam menangkap gejolak pikiran-pikiran negatif dalam klien. Baru sesudah itu, sesi terapi dapat dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku.

Sumber :
Gunarsa, S. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Kahija, YF La. (2007). Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Qomariah, N. Handout Psikologi Konseling. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar