Kesehatan Mental
Tulisan Pertemuan 2
1. pengalaman
Stress
Pengalaman
Stress yang sangat berkesan bagi saya adalah ketika ibu saya harus melakukan
operasi karena ada benjolan di ketiaknya. Benjolan itu sudah ada cukup lama
namun baru dilakukan pengangkatan / operasi akhir tahun 2013 lalu. Sebelum
menentukkan hari operasi ibu saya diharuskan untuk melakukan Tes Laboratorium
dulu seperti rekam jantung, tes darah, tes penyakit dalam dll untuk memastikan
apakah keadannya baik untuk melakukan operasi.
Saat
mendengar rencana operasi itu saya merasa seperti tersambar petir, seluruh
badan saya menjadi dingin dan jantung berdegup kencang sekali. Yang ada
dipikiran saya hanya rasa takut, cemas dan memikirkan hal-hal buruk yang
mungkin terjadi. Sejak saya tau bahwa ibu saya akan dioperasi tidur saya
menjadi tidak nyenyak, gelisah dan yang ada hanya ketakutan-ketakutan akan
hal-hal buruk. Saya menemani ibu saya untuk melakukan tes laboratorium sebelum
hari H operasi. Baru menunggu tes laboratorium saja saya sudah panic sekali dan
tidak bisa menutupi rasa gugup saya namun saya tetap mencoba setenang mungkin
agar ibu saya juga tetap tenang.
Tiba
pada hari H operasi kedua orang tua saya berangkat ke Rumah Sakitsedangkan saya
masih dirumah karena harus menunggu adik saya pulang dari sekolah baru setelah
itu kami pergi kerumah sakit. Sekitar pukul 11.00 ayah saya memberi kabar bahwa
ibu saya akan dioperasi pukul 13.00 seketika saya menjadi semakin takut,
perasaan saya campur aduk sekali rasa takut, gugup, gelisah, gemetaran hingga
timbul pikiran-pikiran yang membuat saya semakin stress. Sekarang sudah pukul
13.00 dan waktunya ibu saya masuk ke ruang operasi, saya masih dirumah karena
harus menunggu adik saya. Menunggu dirumah membuat saya seperti menjadi gila,
apapun yang saya lakukan tidak konsen karena rasa takut. Menunggu adalah waktu
yang sangat menegangkan.
Setelah
adik saya pulang sekolah kita siap-siap untuk pergi kerumah sakit. Saat itu
kami berangkat dri rumah pukul 15.00. saat tiba dirumah sakit ayah saya
menjemput di depan rumah sakit karena saya tidak tau ruangannya. Dalam
perjalanan menuju ruangan ibu saya, saya masih tetap panic dan tidak bisa
menutupi gugup saya. Lalu kami masuk ke ruangan, diruangan itu ibu saya masih
tertidur karena efek obat bius. Saya merasa sangat sedih dan hampir menangis
karena saat tadi berangkat dari rumah ibu saya dalam keadaan yang amat baik dan
sehat namun sekarang berbaring lemas dengan infusan.
Saya
dan adik saya menunggui ibu saya karena ayah saya harus pulang dulu untuk
mengambil beberapa barang. Saat ibu saya terbangun namun masih setengah sadar
karena masih ada pengaruh obat bius saya sedikit lebih tenang karena operasinya
berjalan dengan lancar. Walaupun masih khawatir karena ibu saya belum
sepenuhnya pulih. Saat saya menunggui ibu saya dirumah sakit juga merupakan
pengalaman yang tidak terlupakan, karena rasa khawatir yang sangat tinggi saya
bahkan tidak tidur karena takut ibu saya terbangun atau merasa kesakitan.
Setiap dokter control saya selalu bertanya ini itu untuk memastikan bahwa
semuanya baik-baik saja. Bila ibu saya pusing sedikit saja atau merasa
kesakitan sedikit saja saya langsung khawatir dan panic sekali. Semua itu
benar-benar membuat stress dan menurut saya itu adalah pengalaman stress saya
yang paling berkesan.
Cara saya mengatasi stress saya pada saat
itu adalah dengan cara saya mengambil nafas panjang lalu mengeluarkannya, saya
juga terus menerus berdoa untuk mendoakan ibu saya agar operasinya lancer dan
cepat pulih, setelah itu saya berusaha berfikiran positif menghilangkan
perasaan-perasaan negative yang mengganggu, tidak lupa setiap ada dokter /
suster saya selalu bertanya untuk memastikan keadaan ibu saya baik-baik saja.
Dengan melakukan hal tersebut sedikit demi sedikit ketakutan, kecemasan,
kekhawatiran dan kepanikan saya berangsur-angsur berkurang. Dengan seiring
waktu stress yang saya alami menghilang terlebih saat keadaan ibu saya sudah
pulih dan diperbolehkan pulang.
Demikian
adalah pengalaman stress saya yang tidak dapat dilupakan.
2. Contoh
Kasus
Stress Orang
Tua Cerai, seorang Residivis Bunuh Diri
REPUBLIKA.CO.ID,
SAMARINDA -- Seorang residivis kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di
Samarinda, Kalimantan Timur, diduga nekad mengakhiri hidupnya dengan cara
gantung diri karena stres atau tertekan atas perceraian orang tuanya.
"Pelaku bunuh
diri bernama Dwi Supriyanto (27) itu merupakan residivis kasus curanmor. Dia
diduga nekad bunuh diri akibat tertekan setelah kedua orang tuanya
bercerai," ungkap Kepala Unit Reserse Kriminal Polsekta Samarinda Ulu
Inspektur Satu Muhammad Redenta, Rabu.
Dwi Supriyanto, kata
Muhammad Redenta, ditemukan tewas tergantung di belakang rumahnya di Perumahan
Graha Indah Blok H RT 43, Kelurahan Iar Putih pada Rabu pagi. Pelaku, kata dia,
ditemukan oleh Rio, adiknya tergantung di dekat kandang ayam.
"Kami baru
menerima laporan itu sekitar pukul 11.00 Wita, kemudian mendatangi lokasi.
Berdasarkan pemeriksaan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh
pelaku sehingga dugaan sementara, kasus ini adalah bunuh diri," katanya.
"Dugaan bunuh
diri itu kami simpulkan berdasarkan tanda-tanda di jasad korban yakni adanya
cairan yang keluar dari tubuh korban, seperti pada kasus bunuh diri umumnya.
Kami juga mengamankan tali yang digunakan pelaku untuk bunuh diri," ungkap
Muhammad Redenta.
Berdasarkan
keterangan saksi mata Rio, sebelum ditemukan tewas tergantung, Dwi Supriyanto
sempat terlihat gelisah. Pasca perceraian orang tuanya lanjut Muhammad Redenta,
pelaku memang kerap terlihat merenung.
"Menurut
keterangan Rio, sejak perceraian orang tua mereka, Dwi Supriyanto terlihat
banyak merenung. Bahkan, pada Selasa malam (5/11) atau sebelum dia ditemukan
tewas, Dwi Supriyanto sempat terlihat gelisah," ujar Muhammad Redenta.
Walaupun diduga bunuh
diri akibat depresi, namun polisi kata Muhammad Redenta tetap melakukan
penyelidikan terkait tewasnya residivis kasus curanmor tersebut.
"Kami tetap akan
melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab kematiannya secara
pasti," tegas Muhammad Redenta.
Sumber :
Pendapat saya :
Menurut pendapat saya korban mengalami
stress yang amat dalam yang diakibatkan oleh perceraian orang tuanya. Banyak
anak menjadi korban atas perceraian orang tuanya, dan tidak semua anak tersebut
dapat menjalankan hidupnya dengan baik seakan tidak terjadi apa-apa pada orang
tuanya. Kebanyakan dari anak yang orang tuanya bercerai mengalami tekanan dalam
dirinya hingga melakukan hal-hal yang merugikan. Seperti pada contoh kasus di
atas, anak menjadi stress dan depresi sehingga melakukan hal-hal yang tidak baik.
Korban yang sedang saya bahas ini mencuri motor mungkin adalah bentuk dari
stress yang ia alami, namun ia masih tetap gelisah dan tidak tenang hingga pada
akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri karna menurutnya jalan terbaik adalah
mengakhiri hidupnya agar terlepas dari segala beban dan tekanan batinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar