Rabu, 16 April 2014

Tulisan Kesehatan Mental 2 - Pengalaman Stres

Kesehatan Mental
Tulisan Pertemuan 2
1. pengalaman Stress
          Pengalaman Stress yang sangat berkesan bagi saya adalah ketika ibu saya harus melakukan operasi karena ada benjolan di ketiaknya. Benjolan itu sudah ada cukup lama namun baru dilakukan pengangkatan / operasi akhir tahun 2013 lalu. Sebelum menentukkan hari operasi ibu saya diharuskan untuk melakukan Tes Laboratorium dulu seperti rekam jantung, tes darah, tes penyakit dalam dll untuk memastikan apakah keadannya baik untuk melakukan operasi.
          Saat mendengar rencana operasi itu saya merasa seperti tersambar petir, seluruh badan saya menjadi dingin dan jantung berdegup kencang sekali. Yang ada dipikiran saya hanya rasa takut, cemas dan memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Sejak saya tau bahwa ibu saya akan dioperasi tidur saya menjadi tidak nyenyak, gelisah dan yang ada hanya ketakutan-ketakutan akan hal-hal buruk. Saya menemani ibu saya untuk melakukan tes laboratorium sebelum hari H operasi. Baru menunggu tes laboratorium saja saya sudah panic sekali dan tidak bisa menutupi rasa gugup saya namun saya tetap mencoba setenang mungkin agar ibu saya juga tetap tenang.
          Tiba pada hari H operasi kedua orang tua saya berangkat ke Rumah Sakitsedangkan saya masih dirumah karena harus menunggu adik saya pulang dari sekolah baru setelah itu kami pergi kerumah sakit. Sekitar pukul 11.00 ayah saya memberi kabar bahwa ibu saya akan dioperasi pukul 13.00 seketika saya menjadi semakin takut, perasaan saya campur aduk sekali rasa takut, gugup, gelisah, gemetaran hingga timbul pikiran-pikiran yang membuat saya semakin stress. Sekarang sudah pukul 13.00 dan waktunya ibu saya masuk ke ruang operasi, saya masih dirumah karena harus menunggu adik saya. Menunggu dirumah membuat saya seperti menjadi gila, apapun yang saya lakukan tidak konsen karena rasa takut. Menunggu adalah waktu yang sangat menegangkan.
          Setelah adik saya pulang sekolah kita siap-siap untuk pergi kerumah sakit. Saat itu kami berangkat dri rumah pukul 15.00. saat tiba dirumah sakit ayah saya menjemput di depan rumah sakit karena saya tidak tau ruangannya. Dalam perjalanan menuju ruangan ibu saya, saya masih tetap panic dan tidak bisa menutupi gugup saya. Lalu kami masuk ke ruangan, diruangan itu ibu saya masih tertidur karena efek obat bius. Saya merasa sangat sedih dan hampir menangis karena saat tadi berangkat dari rumah ibu saya dalam keadaan yang amat baik dan sehat namun sekarang berbaring lemas dengan infusan.
          Saya dan adik saya menunggui ibu saya karena ayah saya harus pulang dulu untuk mengambil beberapa barang. Saat ibu saya terbangun namun masih setengah sadar karena masih ada pengaruh obat bius saya sedikit lebih tenang karena operasinya berjalan dengan lancar. Walaupun masih khawatir karena ibu saya belum sepenuhnya pulih. Saat saya menunggui ibu saya dirumah sakit juga merupakan pengalaman yang tidak terlupakan, karena rasa khawatir yang sangat tinggi saya bahkan tidak tidur karena takut ibu saya terbangun atau merasa kesakitan. Setiap dokter control saya selalu bertanya ini itu untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Bila ibu saya pusing sedikit saja atau merasa kesakitan sedikit saja saya langsung khawatir dan panic sekali. Semua itu benar-benar membuat stress dan menurut saya itu adalah pengalaman stress saya yang paling berkesan.
          Cara saya mengatasi stress saya pada saat itu adalah dengan cara saya mengambil nafas panjang lalu mengeluarkannya, saya juga terus menerus berdoa untuk mendoakan ibu saya agar operasinya lancer dan cepat pulih, setelah itu saya berusaha berfikiran positif menghilangkan perasaan-perasaan negative yang mengganggu, tidak lupa setiap ada dokter / suster saya selalu bertanya untuk memastikan keadaan ibu saya baik-baik saja. Dengan melakukan hal tersebut sedikit demi sedikit ketakutan, kecemasan, kekhawatiran dan kepanikan saya berangsur-angsur berkurang. Dengan seiring waktu stress yang saya alami menghilang terlebih saat keadaan ibu saya sudah pulih dan diperbolehkan pulang.
          Demikian adalah pengalaman stress saya yang tidak dapat dilupakan.

2. Contoh Kasus

Stress Orang Tua Cerai, seorang Residivis Bunuh Diri

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Seorang residivis kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Samarinda, Kalimantan Timur, diduga nekad mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri karena stres atau tertekan atas perceraian orang tuanya.

"Pelaku bunuh diri bernama Dwi Supriyanto (27) itu merupakan residivis kasus curanmor. Dia diduga nekad bunuh diri akibat tertekan setelah kedua orang tuanya bercerai," ungkap Kepala Unit Reserse Kriminal Polsekta Samarinda Ulu Inspektur Satu Muhammad Redenta, Rabu.

Dwi Supriyanto, kata Muhammad Redenta, ditemukan tewas tergantung di belakang rumahnya di Perumahan Graha Indah Blok H RT 43, Kelurahan Iar Putih pada Rabu pagi. Pelaku, kata dia, ditemukan oleh Rio, adiknya tergantung di dekat kandang ayam.

"Kami baru menerima laporan itu sekitar pukul 11.00 Wita, kemudian mendatangi lokasi. Berdasarkan pemeriksaan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan di tubuh pelaku sehingga dugaan sementara, kasus ini adalah bunuh diri," katanya.

"Dugaan bunuh diri itu kami simpulkan berdasarkan tanda-tanda di jasad korban yakni adanya cairan yang keluar dari tubuh korban, seperti pada kasus bunuh diri umumnya. Kami juga mengamankan tali yang digunakan pelaku untuk bunuh diri," ungkap Muhammad Redenta.

Berdasarkan keterangan saksi mata Rio, sebelum ditemukan tewas tergantung, Dwi Supriyanto sempat terlihat gelisah. Pasca perceraian orang tuanya lanjut Muhammad Redenta, pelaku memang kerap terlihat merenung.

"Menurut keterangan Rio, sejak perceraian orang tua mereka, Dwi Supriyanto terlihat banyak merenung. Bahkan, pada Selasa malam (5/11) atau sebelum dia ditemukan tewas, Dwi Supriyanto sempat terlihat gelisah," ujar Muhammad Redenta.

Walaupun diduga bunuh diri akibat depresi, namun polisi kata Muhammad Redenta tetap melakukan penyelidikan terkait tewasnya residivis kasus curanmor tersebut.

"Kami tetap akan melakukan penyelidikan untuk memastikan penyebab kematiannya secara pasti," tegas Muhammad Redenta.

Sumber :


Pendapat saya :

          Menurut pendapat saya korban mengalami stress yang amat dalam yang diakibatkan oleh perceraian orang tuanya. Banyak anak menjadi korban atas perceraian orang tuanya, dan tidak semua anak tersebut dapat menjalankan hidupnya dengan baik seakan tidak terjadi apa-apa pada orang tuanya. Kebanyakan dari anak yang orang tuanya bercerai mengalami tekanan dalam dirinya hingga melakukan hal-hal yang merugikan. Seperti pada contoh kasus di atas, anak menjadi stress dan depresi sehingga melakukan hal-hal yang tidak baik. Korban yang sedang saya bahas ini mencuri motor mungkin adalah bentuk dari stress yang ia alami, namun ia masih tetap gelisah dan tidak tenang hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri karna menurutnya jalan terbaik adalah mengakhiri hidupnya agar terlepas dari segala beban dan tekanan batinnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar