Selasa, 08 Desember 2015

Tugas Softskill 3 – Sistem Informasi Psikologi

Tugas Softskill 3 – Sistem Informasi Psikologi
Keinginan dalam bidang Pekerjaan

            Awal saya tertarik dengan psikologi pada saat SMA itupun belum mengetahui psikologi secara mendalam, saya hanya merasa senang bila ada teman yang bercerita kepada saya tentang masalahnya baik hal umum maupun hal yang bersifat rahasia atau pribadi. Pada saat berkonsultasi dengan guru BK, beliau menyarankan saya untuk mengambil jurusan psikologi dan setelah saya mencari tau sedikit tentang psikologi akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke jurusan psikologi karena banyak hal yang menarik perhatian saya. Pada awalnya saya mengira psikologi hanya berhubungan dengan klinis dan konsultasi tetapi setelah mulai perkuliahan ternyata banyak pelajaran yang saya dapatkan mulai dari psikologi perkembangan, klinis, pendidikan, industri dan organisasi, sosial dan masih banyak yang lainnya.  
            Karena banyaknya bidang di dalam psikologi tersebut membuat saya juga merasa bingung mau mencari pekerjaan dibidang apa nantinya karena saya menyukai semuanya. Pada saat mata kuliah psikologi konseling saya ingin menjadi seorang psikolog karena dapat membantu seseorang menyelesaikan masalahnya dan hal itu menimbulkan kepuasan hati tersendiri bagi saya, pada saat mata kuliah psikologi klinis dan psikologi abnormal tiba-tiba saya ingin menjadi seorang psikiater yang membantu orang yang mengalami gangguan kejiwaan, dan pada saat mata kuliah psikologi industri dan organisasi saya merasa ingin menjadi seorang HRD disuatu perusahaan karena saya dapat secara langsung menyeleksi seseorang yang akan melamar pekerjaan ke suatu perusahaan.
            Namun setelah saya mendalaminya saya merasa lebih tertarik dengan psikologi industri dan organisasi, saya ingin menjadi seorang staff HRD yang dapat membantu perusahaan mencari atau mendapatkan pekerja-pekerja yang baik dan terampil. Saya juga dapat memberi info kepada orang yang membutuhkan pekerjaan bila diperusahaan tempat saya bekerja membuka lowongan pekerjaan, sehingga saya bekerja tidak hanya untuk kepuasan saya sendiri tapi juga dapat membantu orang lain walaupun bukan bantuan yang besar.
            Tokoh psikologi industri dan organisasi yang saya tau dan saya sukai yaitu Ashar Sunyoto Munandar seorang Guru Besar di Universitas Indonesia. Beliau pernah memberikan pidato dengan tema “Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam rangka Pembangunan Nasional” dan kemudian pidato tersebut dijadikan buku dan diterbitkan oleh LPPM. Ashar Sunyoto Munandar juga banyak membuat karya ilmiah, diantaranya Psychology Moving East, psikologi industry, Management in Indonesia dan masih banyak yang lainnya. 

Referensi :

Munandar, A. S. (2008). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Rabu, 04 November 2015

Tugas 2 Sistem Informasi Psikologi - Softskill

Tugas 2 Sistem Informasi Psikologi - Softskill
Sistem Informasi Psikologi dan Penerapannya

Sistem Informasi
        Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Murdick & Ross (dalam Al Fattah, 2007) mendefinisikan sistem sebagaiseperangkat elemen yang digabungkan satu denganlainnya untuk suatu tujuan bersama.
         Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan yang akan datang. Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
      Sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut Mc Ioed sistem informasi merupakan sistem yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk mengumpulkan informasi.

Sistem Informasi Psikologi
            Sartain (dalam Basuki, 2008) mengungkapkan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa, ditinjau dari segi ilmu Bahasa kata psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu pengetahuan.
            Sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan pengguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan pengelolaan. Definisi lain dari sistem informasi psikologis yaitu adalah kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi, didapat dari data-data yang dikumpulkan dan diolah sebagai informasi mengenai tingkah laku serta proses mental yang timbul dari dalam diri manusia.

Penerapan Sistem Informasi di Bidang Psikologi
1.      Di perusahaan sekarang ini banyak menggunakan software tentang alat tes agar waktu yang digunakan dalam menyeleksi calon karyawan baru lebih cepat dan efisien, serta tidak membuang tenaga para penyeleksinya juga.
2.   Penggunaan tes psikologi secara virtual, penggunaan teknologi eye-tracking dan yang terbaru adalah teknologi virtual reality yang memungkinkan seseorang untuk mengurangi bahkan menyembuhkan gangguan psikologis seperti ADHD, PTSD, dan beragam phobia.
3. Penggunaan sistem informasi dalam bidang psikologi juga sangat terlihat dalam e-counselling. Hal ini lebih memudahkan proses konseling antara konselor dengan kliennya, sehingga jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang dalam proses konseling.
4.    Penerapan teknologi dalam psikologi lainnya adalah program SPSS. Program ini memang dibuat untuk membantu berbagai bidang ilmu dalam mempermudah pengembangan ilmu tersebut, psikologi juga menggunakan aplikasi ini dalam membantu mengolah data. Aplikasi SPSS sangat membantu ketika seseorang melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif.
5.      Kemudian tes Rorschach merupakan salah satu bagian dari sistem informasi psikologi yang dilakukan oleh orang umum secara online   www.theinkblot.com

Daftar Pustaka
Al Fatta, Hanif. (2007). Analisis dan perancangan sistem informsi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.







Kamis, 08 Oktober 2015

Sistem Informasi Psikologi (Softskill) tugas 1

Sistem Informasi Psikologi tugas 1
Sistem Informasi dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
            Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Sistem informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi, media, fasilitas, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan pihak lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.
            Peran sistem informasi dalam pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang mengandung transformasi pengetahuan nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan di dalam maupun di luar lingkungan. Pada dunia pendidikan di Indonesia, komputer sudah diperkenalkan dan digunakan disekolah-sekolah mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Selain digunakan sebagai alat bantu untuk pembelajaran interaktif, juga bersifat audio-visual untuk memudahkan proses pembelajaran itu sendiri. Selain itu banyak pula peralatan laboratorium yang sudah dilengkapi dengan komputer sehingga alat tersebut dapat bekerja lebih teliti serta dapat mengatasi kendala keterbatasan indra manusia.
            Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini memungkinkan untuk diadakan proses belajar mengajar jarak jauh antara pendidik dengan anak didik, melihat nilai siswa secara online, melihat jadwal pelajaran, mengirimkan berkas tugas, mengecek keuangan, dan penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi bila didukung dengan metode pembayaran online.
            Penerapan sistem informasi di dunia pendidikan membawa dampak positif, diantaranya :
  1. Teknologi komputerisasi dapat dikenalkan sejak dini atau di tingkat pendidikan dasar.
  2. Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi dapat terbantu, terutama dalam bidang pendidikan komputer atau teknologi informasi dan komunikasi.
  3. Orang-orang yang ada di daerah bisa merasakan kemajuan teknologi komputerisasi, terutama di bidang pendidikan
  4. Adanya sistem pemberlakuan absensi secara elektronik.
  5. Terdapatnya perpustakaan elektronik (e-library) yang membantu para pelajar ketika mencari bahan pembelajaran.
  6. Adanya sistem pembelajaran elektronik (e-learning) bagi pelajar tingkah lanjut.

Daftar Pustaka
Rangga. (2010). Peran sistem informasi dalam dunia pendidikan. Diakses pada tanggal 1 oktober 2015, dari https://ranggablack89.wordpress.com/2010/10/14/peran-sistem-informasi-dalam-dunia-pendidikan/
Susandi, E. (2013). Makalah kelompok 6 matkul sip sistem informasi pendidikan. Diakses pada tanggal 1 oktober 2015, dari http://blog.umy.ac.id/edisusandi/2013/03/27/makalah-kelompok-6-matkul-sip-sistem-informasi-pendidikan/





Minggu, 05 Juli 2015

Psikoterapi tugas 3

PSIKOTERAPI-SOTSKILL
Tugas ketiga

Carilah 1 contoh kasus nyata, yang dikutip dari sumber ilmiah (jurnal, artikel penelitian), yang menggambarkan bahwa proses therapeutik dapat bekerja secara tepat dalam membantu proses pemulihan psikologis  klien.

  1. Gangguan apa yang terjadi pada klien ?
            Kecemasan pada ibu saat menghadapi proses persalinan yang ditandai dengan tegang, bingung, sering bertanya kepada petugas tentang perkembangan kemajuan persalinan, perasaan tidak menentu, gelisah, gampang menangis, dan lain sebagainya.

  1. Metode Therapeutik apa yang digunakan ?
            Metode komunikasi Therapeutik (meningkatkan hubungan interpersonal). Dimana cara untuk mengurangi kecemasan antara lain: memberikan informasi untuk mengetahui ketakutan yang jelas, membuat hubungan kerja sama dengan pendamping, menjadi pendengar yang baik, menunjukkan sikap simpatik, membantu dan komunikatif terhadap ibu yang akan bersalin.
                                                                                                  
  1. Apa saja peran dari orang-orang rela merawat, dalam melakukan therapeutik ?
            Peran dukungan dari keluarga dapat membantu mengurangi kecemasan saat proses persalinan dan bidan juga memiliki peranan yang penting dalam memberikan informasi dan penjelasan terhadap pertanyaan dan keluhan ibu, bidan juga memberikan bimbingan maupun arahan pada ibu sebelum menghadapi proses persalinan.

  1. Hambatan apa yang terjadi dalam melakukannya ?
            Hambatan yang terjadi yaitu tingkat kecemasan ibu yang berbeda-beda, sehingga dalam melakukan proses therapeutik juga berbeda.

  1. Dampak apa saja yang menandakan bahwa klien mengalami pemulihan?
            Setelah pelaksanaan komunikasi therapeutik 84,5% ibu nifas tingkat kecemasannya menjadi menjadi ringan dan hanya 5,4% tingkat kecemasannya menjadi sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi therapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan klien.

Daftar Pustaka

            Yusnita, R. (2012). Hubungan komunikasi therapeutik bidan dengan kecemasan ibu bersalin di ruang kebidanan dan bersalin rumah sakit umum daerah kabupaten pidie. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Banda Aceh.

Nama kelompok
  • Aini Putri H.              (10512501)
  • Diella Putri P.            (12512085)
  • Dinar Ajeng P.          (12512172)
  • Nunik Rahmatika S. (15512435)
  • Prestila Juli A.           (15512705)
  • Rheza Putri P.           (16512234) 

Kelas : 3PA09

Rabu, 06 Mei 2015

Tugas 2 Psikoterapi – Softskill


Terapi Keluarga
A.     Pengertian Terapi Keluarga
          Terapi keluarga adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan (Kartono dan Gulo, dalam Kamus Psikologi).
          Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual punya konsekuensi dan konteks sosial.
          Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui masalah seseorang, memahami perilaku, perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga merupakan suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia khususnya keluarga.
          Family therapy merupakan terminologi yang mengacu pada metode yang dilakukan pada keluarga dengan berbagai kesulitan biopsikososial. Dasar utama family therapy adalah bahwa masalah yang dihadapi individu secara esensial bersifat interpersonal, bukan intrapersonal, sehingga resolusinya menghendaki intervensi yang diarahkan pada hubungan antar individu.
          Terapi keluarga pada dasarnya adalah sebuah cara unik untuk melihat patologi dalam sistem keluarga. Terapi keluarga berfokus pada cara suatu sistem keluarga yang mengorganisasi patologis terstruktur yang dipandang sesuatu yang salah.
          Pendekatan terapi keluarga dari Virginia M. Satir menekankan hubungan perkawinan sebagai poros pembentukkan semua hubungan keluarga lainnya. pasien tertentu, misalnya, seorang anak atau remaja yang bermasalah adalah anggota keluarga yang paling terpengaruh oleh hubungan perkawinan yang sakit. Perilaku si anak yang bermasalah itu akan mengganggu hubungan orang tua dan sebaliknya. Pola komunikasi yang terganggu dari sebuah keluarga mengungkapkan sifat dari masalah yang mendasarinya.

B. Cara Melakukan Terapi Keluarga
          Proses terapi keluarga meliputi tiga fase yaitu, fase 1 perjanjian, fase 2 kerja, dan fase 3 terminasi.
1.      Fase 1 (Perjanjian)
Di fase pertama terapis membuat kontrak pertemuan dengan keluarga dan mengumpulkan data, selama tahap ini terapis memfasilitasi proses penentuan masalah yang diidentifiksai oleh keluarga, di fase ini juga terapis dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, tujuan terapi ditetapkan bersama, terapis dan keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama, terapis mensistensis semua informasi dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin mereka ubah.
2.    Fase 2 (Kerja)
Fase kedua,  keluarga dengan dibantu terapis berusaha mengubah pola interaksi diantara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga. Selama fase ini terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga, kekuatan keluarga berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil. Biasanya setiap sesi dilakukan satu kali seminggu dengan waktu lebih kurang satu jam.
3.    Fase 3 (Terminasi)
Pada fase ini terapis harus melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegosiasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga. Keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi dan cara cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

C. Manfaat Terapi Keluarga
1.    Bagi Klien
·         Mempercepat proses penyembuhan
·         Memperbaiki hubungan interpersonal
·         Menurunkan angka kekambuhan
2.    Bagi Keluarga
·         Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga
·     Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima, toleran dan menghargai klien sebagai manusia
·   Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam proses rehabilitasi

D. Kasus-kasus yang Diselesaikan Dalam Terapi Keluarga
          Kasus-kasus yang dapat diselesaikan dalam terapi keluarga antara lain masalah ketidakharmonisan perkawinan pada pasangan suami dan istri, masalah orang tua dan anak, masalah antar saudara kandung, pola komunikasi yang terganggu dari suatu keluarga, kenakalan remaja yang terjadi pada anak, konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan, pengasuhan yang tidak baik dari orang tua.

E. Contoh Kasus yang Menggambarkan Terapi Keluarga
     Daphne merupakan seorang perempuan yang memiliki tinggi badan 5 kaki 11 inci dan beratnya 102 pound. Dia telah merasa "besar" karena ketinggian di atas teman sekolahnya di kelas lima. Dia telah menjalani diet sejak itu. Selama tahun pertamanya di sekolah, Daphne memutuskan bahwa ia harus mengambil langkah-langkah drastis untuk menurunkan berat badan lebih. Dia mulai dengan mengurangi asupan kalori sekitar 1.000 kalori per hari. Dia kehilangan beberapa kilo, tapi ia tidak puas, jadi dia mengurangi asupan hingga 500 kalori per hari. Dia juga memulai program olahraga berat. Setiap hari, Daphne tidak akan membiarkan dirinya makan sampai ia berjalan setidaknya 10 mil. Lalu ia hanya mengkonsumsi beberapa jenis sayuran dan segenggam sereal. Kemudian di hari itu, dia mungkin mengkonsumsi sayuran dan buah lebih banyak, tapi dia akan menunggu sampai ia begitu lapar sampai pingsan. Berat badan Daphne turun sampai 110 kilogram dan ia berhenti menstruasi. Ibunya mengungkapkan beberapa kekhawatiran tentang betapa Daphne hanya makan sedkit sekali, tapi karena ibunya cenderung kelebihan berat badan, ia tidak menyurutkan niat Daphne untuk diet.
     Ketika tiba saatnya masuk perguruan tinggi, Daphne adalah senang tapi juga takut, karena dia selalu menjadi bintang pelajar di sekolah tinggi dan tidak yakin dia bisa mempertahankankannya. Ketika di perguruan tinggi pada periode pemeriksaan pertama di perguruan tinggi, Daphne banyak mendapat nilai B. Dia merasa sangat rentan, merasa gagal, dan seolah-olah dia kehilangan kontrol. Dia juga tidak senang dengan kehidupan sosialnya pada pertengahan semester pertama. Daphne memutuskan bahwa banyak hal yang mungkin akan lebih baik jika ia kehilangan berat badan lebih, sehingga ia mengurangi asupan makanan dengan dua apel dan segenggam sereal setiap hari. Dia juga berlari setidaknya 15 mil setiap hari. Pada akhir semester musim gugur, berat badannya turun menjadi 102 pound. Dia juga mengalami kelelahan kronis, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang pingsan. Namun, ketika Daphne melihat ke cermin, ia melihat seorang wanita, muda sederhana yang ingin menurunkan berat badan lebih.


DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U. H. (2012). Model terapi dalam keluarga. Magistra. No 80
Clinebell. H. (2002). Tipe-tipe dasar pendamping dan konseling pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
Fawziah, A. (2012). Family Therapy (Terapi Keluarga). Diakses tanggal 06 Mei 2015 dari https://www.scribd.com/doc/111760136/Family-Therapy-Terapi-Keluarga
Sawitri, D. R. (2009). Posmodernisme dan family therapy berbasis belief system dan narrativesJurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol.5. No.01.
Somaryati. & Astutik, S. (2013). Family therapy dalam menangani pola asuh orang tua yang salah pada anak slow learner. Jurnal bimbingan dan konseling islam.Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Vol.03. No.01.
Wijayanti, D.Y. (2010). Terapi keluarga. Diakses pada tanggal 07 mei 2015 dari http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ethprMPTlpcJ:https://macind.files.wordpress.com/2010/12/terapikeluarga.pptx+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id





 


Minggu, 29 Maret 2015

Psikoterapi tugas 1 (softskill)

Psikoterapi – softskill tugas 1

1. Ulasan mengenai pendekatan-pendekatan di dalam psikoterapi

a.  Pendekatan Psikoanalisa di dalam Psikoterapi
          Munculnya Psikoanalisa sebagai teknik psikoterapi diakui sebagai penemuan luar biasa, dan karena itu dianggap sebagai revolusi dalam dunia psikoterapi. Psikoanalisa adalah sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan, sebagai manifestasidari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial disamping biologis. Arlow, 1980 (dalam corsini, 1989) mengatakan bahwa psikoanalisa adalah sistem dalam psikologi yang lengkap dan luas. Meliputi pengalaman-pengalaman dunia dalam dan dunia luar, dasar biologis dan peranan sosial seseorang yang kesemuanya berfungsi dalam kehidupan pribadi maupun kelompok.
          Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan yang mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil. Semula dipergunakan teknik hipnosis, Freud kemudian mempergunakan asosiasi bebas. Dengan asosiasi bebas, pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang ingin dikemukakan termasuk yang tadinya ditekan dibawah-sadarnya, tanpa dihambat atau dikritik. Namun timbul masalah lain karena dalam kenyataannya tidak semudah yang disangka, sehubungan dengan adanya rasa bersalah dan mekanisme pertahanan diri yang tentunya bisa menghambat pelaksanaan asosiasi bebas. Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring di dipan khusus dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi posisi pasien menghadap ke arah lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya. Pasien diminta untuk mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat.
          Perhatian lebih banyak tertuju pada kecemasan (anxiety) dan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), daripada terhadap konflik-konflik yang terletak dibawah sadar. Demikian pula perhatian terhadap sesuatu yang ditekan berubah manjadi alat yang menekannya, yakni superego, jadi lebih dari bagaimana dan mengapanya sesuatu dorongan atau perasaan menjadi tidak disadari. “Id psychology” yang telah menjadi pusat perhatian dan pembahasan serta objek untuk diterapi, kemudian berubah menjadi “ego psychologi”. Dari keadaan inilah kemudian muncul istilah psikodinamik dan psikoanalisis-psikoterapi.

b.  Pendekatan Psikologi Belajar di dalam Psikoterapi
Teori dan pendekatan behavioristik sering disebut sebagai modifikasi perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior therapy). Perhatian kita akan berfokus pada dua konsep penting, yaitu pengondisian klasik dari Ivan Petrovich Pavlov (1847-1936) dan pengondisian operan dari Burrhus Frederick Skinner (1904-1990). Pemikiran kedua tokoh ini akan membantu memahami proses induksi (proses mengantar klien sampai pada tidur hipnotik) dan sugesti post hipnotik (sugesti yang diberikan selama trans).

Pengondisian Klasik
Prinsip-prinsip pengondisian klasik sering kali didasarkan pada penelitian Pavlov tentang refleks di akhir tahun 1800an. Pavlov membagi refleks menjadi dua, yaitu refleks bawaan dan refleks terkondisikan. Reflek bawaan adalah respon yang diberikan tanpa melalui proses belajar, seperti terkejut ketika terkena sengatan listrik; sementara refleks terkondisikan adalah respon yang muncul sebagai hasil belajar.
Berdasarkan penelitiannya itu, Pavlov merasa bisa menjelaskan sugesti, otosugesti, dan daya sugestif (suggestibillity) dalam hipnosis. Setiap kata yang disugestikan kepada klien adalah stimulus. Dengan memberikan stimulus itu berulang kali, maka reflek terkondisikan akan muncul. Dalam hidup kita sudah begitu banyak stimulus berupa kata-kata yang ditanamkan dalam pikiran. Oleh sebab itu, ketika mendengar kata “sakit”, seseorang bisa menghubungkannya dengan rasa sakit yang nyata. Dengan demikian, stimulus verbal berkorelasi dengan reaksi yang dikondisikan. Kata bisa menimbulkan respon otomatis pada tubuh kita. Itulah sebabnya bila klien mendengarkan kata “ngantuk”, ia akan merasa mengantuk. Dengan terus menerus mengulang kata yang sama, kita menanamkan kata itu dalam pikirannya. Inilah yang dinamakan refleks terkondisikan dalam proses hipnotik.

Pengondisian Operan
Skinner mengemukakan pemikirannya tentang pengondisian operan. Menurutnya, proses belajar bisa dicapai lewat penguatan (reinforcement). Dalam konteks hipnoterapi, penguatan yang baik akan menimbulkan respon positif yang nantinya akan bermanfaat dalam mengubah perilaku. Contoh penguatan verbal yang sering ditemui adalah ucapan “bagus” ketika klien mengikuti sugesti. Selain pujian verbal, penguatan dapat juga ditunjukkan lewat penataan ruang. Kesan yang nyaman di awal sesi punya pengaruh yang besar bagi keberhasilan di sesi-sesi berikutnya. Ada ungkapan jerman yang berbunyi, “Aller Anfang ist schwer (semua permulaan itu)”. Ini juga berlaku dalam hipnoterapi. Lingkungan yang tidak nyaman di sesi awal seperti suara berisik, penataan ruangan yang kurang rapi, dan suhu yang terlalu panas bisa melemahkan keterlibatan klien di sesi-sesi selanjutnya.
Sedangkan teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pendekatan behavioral yaitu :
a) Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan.

b)  Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Latihan ini tepat untuk anak-anak yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya.

c)   Terapi aversi, digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

d)   Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misal klien ditutup matanya sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misal berkata “saya jahat” pada saat itu klien memberi tanda, kemudian terapi berteriak atau berkata keras dan nyaring berkata “berhenti”jadi pikiran yang tadi digantikan dengan teriakan terapi, berulang-ulang sampai dirinya sendiri yang bisa menghentikan.

e) Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakandiri sendiri, dan menyusun dorongan diri sendiri.

f)   Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu.

c.   Pendekatan Psikologi Humanistik di dalam Psikoterapi
Aspek praktis dari pemikiran humanistis ditemui dalam terapi yang berpusat pada pribadi (person-centered therapy) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Menurut rogers, diri yang ada dalam setiap manusia dapat dilihat sebagai segitiga. Segi pertama adalah diri yang sesungguhnya (real self), yaitu aku seperti apa adanya; segi kedua adalah diri yang dipersepsikan (perceived self), yaitu aku seperti yang diinterpretasikan atau dipersepsikan; dan segi ketiga adalah diri ideal (ideal self), yaitu diri yang aku cita-citakan
Dalam hipnoterapi, ada kecenderungan bagi terapis untuk menilai klien-kliennya sebelum mendengarkan mereka. Ini manusiawi, tapi tidak tepat dalam konteks terapi. Perlu kerja ekstra untuk menetralkan diri terlebih dahulu. Klien yang datang menemui terapis tidak meminta untuk dinilai. Mereka hanya butuh iklim yang nyaman untuk bercerita tentang pengalaman mereka.
Psikologi humanistis mengajak kita untuk berfokus pada sisi sehat kepribadian manusia dengan mengembangkan unconditional positive regard dan empati. Baik terapis maupun klien perlu melihat tubuh dengan kacamata sehat. Penyakit yang dialami tubuh menunjukkan ketidakseimbangan

d.  Pendekatan PsikologiKognitif di dalam Psikoterapi
Orientasi utama psikologi kognitif adalah bagaimana seseorang berpikir dan merasa disaat ini. Perilaku adalah efek dari pikiran dan perasaan. Untuk alasan itu, bisa dimengerti mengapa terapi-terapi kognitif menekankan perlunya mengubah perilaku yang tidak sehat dengan mengubah cara klien dalam berpikir dan merasa.
Salah satu tokoh penting yang banyak meneliti proses kognitif adalah Aaron Beck. Menurut Beck, banyak gangguan psikologis disebabkan oleh pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif. Selanjutnya, pikiran dan perasaan negatif berkembang menjadi kepercayaan negatif sehingga perlu ditata ulang (direstrukturisasi) dan ditransformasikan menjadi kepercayaan yang positif

2. Uraikanlah kasus apa saja yang bisa ditangani dengan pendekatan-pendekatan dibawah ini :

  1. Psikodinamik
Klien yang sejak kecil melihat sang ayah memukuli ibunya hanya karna masalah kecil menyimpan kemarahan dan dendam dalam hatinya terhadap sang ayah, terlebih saat sang ayah juga ikut memukuli klien yang hendak menolong ibunya. Namun klien berusaha memendam dan melupakan rasa sakit hati, amarah dan kecewanya pada ayahnya, tetapi saat besar klien menjadi orang yang “keras” dan egois. Saat datang ke tempat terapi, terapis mencoba menggali informasi dengan menggunakan pendekatan psikodinamik yaitu asosiasi bebas. Klien dibiarkan untuk memunculkan, menceritakan dan mengekspresikan perasaannya seperti menangis, marah-marah dan membanting benda.

  1. Behavioristik
Kasusnya yaitu tentang klien yang mempunyai phobia ular. Klien yang sedang melamun di kagetkan seekor ular yang dikalungkan ke leher klien oleh temannya hingga membuatnya menjadi kaget dan menjadi phobia terhadap ular. Karena hal itu klien selalu menghindar, lari bahkan sampai menangis jika melihat ular

  1. Humanistik
Klien yang merupakan mahasiswa disalah satu universitas negeri ingin mengikuti kegiatan pariwisata dari kampusnya, namun klien tidak mempunyai uang untuk membayar iuaran tersebut. Klien merasa iri kepada teman-temannya karena semua temannya ikut kegiatan pariwisata tersebut, karena rasa iri itu akhirnya klien mengambil laptop temannya dan menjualnya lalu uangnya untuk membayar iuran kegiatan pariwisata.  Namun setelah itu ada pertentangan di dalam dirinya yaitu jika dia tidak mencuri dia tidak akan bisa ikut kegiatan pariwisata tapi setelah dia mencuri dia merasa bersalah kepada temannya. Karena perasaan bersalah itu membuat klien sedikit sadar namun belum sepenuhnya sadar bahwa yang telah dia lakukan adalah perilaku yang salah.

  1. Kognitif
Ada seorang mahasiswa yang berprestasi rendah di semester awal. Ia merasa bodoh dan tidak sepintar teman-temannya sehingga ia merasa rendah diri. Perasaan dan pikiran itu terus diperbesar dalam skema kognitifnyasehingga membuat prestasinya semakin menurun. Dalam perspektif kognitif, kepercayaan negatif ini perlu diperiksa untuk selanjutnya pelan-pelan digiring kearah kepercayaan yang positif. Oleh sebab itu, seorang hipnoterapis perlu melatih kepekaan diri dalam menangkap gejolak pikiran-pikiran negatif dalam klien. Baru sesudah itu, sesi terapi dapat dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku.

3. Pandangan mengapa kasus-kasus diatas dianggap bisa ditangani oleh pendekatan-pendekatan dibawah ini

a)   Psikodinamik
Dari contoh kasus diatas dapat ditangani dengan pendekatan psikodinamik karena pendekatan psikodinamik menjelaskan bahwa jiwa manusia memiliki dua wilayah utama yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Ketidaksadaran berisi insting dan pengalaman traumatis yang di represi. Dengan asosiasi bebas klien dapat mengeluarkan semua isi hatinya yang sudah lama ia simpan hingga membuat perasaannya menjadi tenang dan lega.

b)  Behavioristik
Menurut saya bisa menggunakan pendekatan ini karena klien diberikan sugesti mengenai hal yang di takuti nya. karena klien phobia terhadap ular, terapis memberikan gambar ular yang diletakkan cukup jauh dari klien saat klien mulai gelisah, terapis memberi sugesti agar klien tidak gelisah hingga gambar semakin lama akan semakin dekat dan klien berani memegang gambar tersebut. Setelah klien berani memegang gambar ular tersebut, terapis memperlihatkan ular mainan dan terus memberi sugesti hingga akhirnya klien berani memegang ular mainan tersebut.

c)   Humanistik
Menurut saya contoh kasus diatas dapat ditangani dengan pendekatan humanistik, karena klien menjadi pusat dari terapi ini dimana terapis lebih membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri. Menurut pandangan ini semua orang memiliki pandangan yang positif mengenai dirinya sendiri. Disini terapis hanya memberikan gambaran-gambaran tentang masalah yang dihadapi oleh klien tetapi tidak secara langsung memberi perintah untuk menaati apa yang dikatakan terapis, tetapi terapis berusaha agar klien menyadari sendiri apa yang baik.

d)   Kognitif
Contoh di atas dapat ditangani dengan metode ini karena dalam perspektif kognitif, kepercayaan negatif ini perlu diperiksa untuk selanjutnya pelan-pelan digiring kearah kepercayaan yang positif. Oleh sebab itu, seorang hipnoterapis perlu melatih kepekaan diri dalam menangkap gejolak pikiran-pikiran negatif dalam klien. Baru sesudah itu, sesi terapi dapat dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku.

Sumber :
Gunarsa, S. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Kahija, YF La. (2007). Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Qomariah, N. Handout Psikologi Konseling.